Sabtu, 29 Juni 2013

Launching Kampung Ramah Anak Kota Yogyakarta: Yogyakarta, 6 Juli 2013


Anak sebagai generasi penerus dan pengelola masa depan bangsa perlu dipersiapkan sejak dini melalui pemenuhan hak-haknya yakni hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Orang dewasa sebagai pemenuh hak anak berkewajiban menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal, salah satunya adalah lingkungan masyarakat dalam arti luas (masyarakat dimanapun) maupun masyarakat dalam arti sempit (masyarakat khusus pada suatu wilayah/ kampung). Masyarakat sebagai lingkungan yang dekat dengan anak berperan sangat penting dalam  pemenuhan dan perlindungan hak anak. Angka kekerasan terhadap anak di DI. Yogyakarta ini tinggi, pada tahun 2009 ada 209 kasus, tahun 2010 ada 184 kasus. Untuk mencegah  dan mengurangi tingginya angka kekerasan terhadap anak diperlukan upaya dari berbagai pihak.
            Pada tahun 2009 dan 2012, Pemerintah Kota Yogyakarta sudah mendapatkan predikat sebagai Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan dan Perlindungan Anak. Sebagai wujud komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan predikat kota layak anak mencoba mengimplementasikan sampai tingkat bawah sebagai upaya pengembangan kota layak anak kearah kampung ramah anak. Tujuannya mendorong upaya-upaya pemerataan pemenuhan hak anak dikampung-kampung lain wilayah di Kota Yogyakarta, agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal. Pada tahun 2013 ini telah terbentuk 46 kampung ramah anak yang berbasis RW (rukun warga) yang tersebar di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta. Sebagai wujud dimulainya gerakan ramah anak melalui kampung maka akan diadakan launching kampung ramah anak dari Pemerintah Kota Yogyakarta. Dari kegiatan ini diharapkan semakin banyak gerakan-gerakan ramah anak di kampung-kampung lain, sehingga dikemudian hari semua kampung di wilayah Kota Yogyakarta ramah anak, sehingga kesejahteraan dan perlindungan anak di Kota Yogyakarta semakin meningkat.

            Pada moment Hari Anak Nasional tahun 2013 ini Pemerintah Kota Yogyakarta bekerjasama dengan LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak), FAKTA (Forum Anak Kota) dan LP3N (Lembaga Pemberdayaan dan Penguatan Pendidikan Nasional) akan melaksanakan kegiatan LAUNCHING KAMPUNG RAMAH ANAK dengan tema: “KAMPOENG DJOGDJA POENJA CERITA”,  pada hari Sabtu, 6  Mei  2013,  jam 07.00 – 15.00 WIB di Halaman Komplek Balaikota Yogya Jl. Kenari  Yogyakarta yang diikuti oleh kurang lebih 2.500 anak
Memperebutkan thropy dari Asdep Pengembangan Kab/Kota Layak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, GKR Hemas, Kepala BPPM, Walikota Yogya, dll.

Acara meliputi :
  1. Karnaval dari 46 wilayah sekota Yogya, dengan rute : Halaman Gedung Among Rogo - Jalan Kenari  - Depan Masjid Diponegoro - masuk mengelilingi Balaikota – finish di halaman depan Balaikota.
  2. Bocah Obah/ Olah Raga berupa lomba permainan tradisional diantaranya : Bakiak, Egrang estafet, kelereng estafet, Balap Karung estafet, Ularnaga, dan Gobak Sodor.
  3. Cah Kampung Mencari Bakat/ Olah Rasa berupa: pentas/ tampilan berbagai bakat anak sekota Yogyakara.
  4. Potret Kampungku/ Olah Jiwa berupa permainan mencari dan menemukan yang dikemas secara ringan tentang Hak Anak.

GKR Condro Kirono: Selamat Berkarya, adik-adikku ....

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan karunia-Nya sehingga kita semua bisa melaksanakan kegiatan Forum Anak Nasional Tahun 2013 di Yogyakarta dengan lancar. Kegiatan Forum Anak Nasional merupakan kegiatan yang sudah berjalan secara rutin sebagai wadah bertemunya perwakilan forum anak di 33 provinsi di Indonesia maupun stake holder terkait untuk melakukan penguatan kapasitas serta penataan kembali aktivitas forum anak di Indonesia. Forum Anak Nasional Tahun 2013 ini menjadi penting mengingat semakin maraknya permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh anak Indonesia. Isu tentang kekerasan terhadap anak, eksploitasi anak, dan tawuran dikalangan anak/ remaja seolah semakin marak terjadi di sekitar kita. Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Tahun 2011 sekitar 2,5 juta anak menjadi korban kekerasan, kekerasan ini dilihat dari pelaku bisa terjadi di rumah artinya dilakukan oleh keluarga atau di sekolah yang bisa dilakukan oleh teman atau guru.
Merujuk pada Undang Undang Republik Indonesia nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak khususnya tentang batasan usia anak yaitu sebelum 18 tahun termasuk yang berada didalam kandungan maka dapat kita ketahui bersama bahwa memang secara psikis rentang umur dibawah 18 tahun merupakan usia transisi yang labil dan belum matang secara emosional. Untuk itulah perlu kerjasama berbagai pihak dalam membangun lingkungan sosial anak yang nyaman bagi perlindungan dan tumbuh kembang anak. Dukungan lingkungan terkecil tentunya dari keluarga yang kemudian mengarah ke luar pada lingkungan masyarakat sekitar,lingkungan sekolah, lingkungan pertemanan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari pihak pemerintahan. Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar tentunya menjadi tujuan anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia untuk menuntut ilmu. Banyaknya pilihan lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi semakin meneguhkan predikat Yogyakarta sebagai kota pelajar dan pendidikan. Berkumpulnya anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia ini menjadikan Yogyakarta menjadi miniatur Indonesia karena keberagaman putra daerah yang tinggal di Yogyakarta mencerminkan kebhinekaan yang didasari rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Dalam konteks kebudayaan Yogyakarta, kedamaian masyarakat yang beragam ini menjadi bukti fillosofi Hamemayu Hayuning Bawono yang mengandung makna kewajiban melindungi, memelihara dan membina keselamatan dunia. Sesuai dengan filosofi tersebut maka semua komponen masyarakat di Yogyakarta berperan dalam menciptakan kedamaian, rasa aman bagi semua masyarakat yang tinggal di Yogyakarta. Dalam sejarah berdirinya NKRI peran Yogyakarta dalam mempertahankan kemerdekaan tidaklah sedikit salah satunya ketika agresi militer Belanda pada Tahun 1946. Pada saat itu ibukota Jakarta diduduki oleh tentara penjajah Belanda maka Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengundang proklamator RI Soekarno-Hatta beserta seluruh kabinetnya untuk memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Melihat perjuangan rakyat Yogyakarta dibawah kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dikala itu Presiden Soekarno dalam pidatonya dengan bergetar menyatakan, Yogyakarta termasyhur karena jiwa-jiwa kemerdekaannya, hidupkanlah terus jiwa-jiwa kemerdekaan itu”.
Forum Anak Nasional Tahun 2013 mengangkat tema Nasionalisme, Kebhinekaan, dan Persaudaraan. Tema tersebut sangat cocok dengan latar belakang dan kondisi masyarakat Yogyakarta sejak era kemerdekaan sampai dengan sekarang. Yogyakarta dengan torehan sejarahnya menjadi wujud nyata menyatunya semangat nasionalisme dalam ragam kebhinekaan dengan didasarkan rasa persaudaran. Kami berharap Yogyakarta menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk menjaga Indonesia ini tetap satu dalam kebhinekaan dengan dasar persaudaran. Kami berharap Forum Anak Nasional Tahun 2013 memberikan motivasi kembali kepada anak-anak Indonesia untuk menjaga Indonesia ini dengan semangat nasionalisme, kebhinekaan, dan persaudaraan.

            Malam Indonesia pada hari Selasa, tanggal 25 Juni 2013 akan menampilkan aksi budaya dari 33 provinsi di Indonesia, sekaligus pelantikan Sahabat Anak dan penutupan yang akan dilakukan oleh Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, bapak Wahyu Hartomo.

HIDUP SELARAS DENGAN ALAM

Sebagai bangsa yang besar yang hidup di negara yang luas, yang juga memiliki potensi bencana alam dalam cakupan wilayah yang luas pula, kita punya potensi besar untuk saling peduli serta membantu jika terjadi bencana. Untuk itu kami memasukkan materi yang berkaitan dengan kebencanaan dalam agenda Forum Anak Nasional 2013 ini. Pada hari Selasa 25 Juni 2013, BNPB bersama BPBD DIY, Basarnas, SAR DIY, dan TAGANA DIY yang melakukan pelatihan kebencanaan bagi 300 peserta.

Kepulauan Indonesia memiliki keanekaragaman bencana dengan statifikasi yang ringan (rawan) hingga statifikasi yang berat (atastrofik). Keanekaragaman bencana ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak pada lingkar cincin api pasifik (Pasific Ring of Fire) sehingga muncul banyak sekali gunung api aktif sepanjang pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara dan Maluku. Pertemuan dua lempang aktif dunia yaitu Lempeng Indoasia dan Lempeng Eurasia yang banyak menyebabkan bencana gempa tektonik dan tsunami.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007). Kerusakan pada pola kehidupan  normal yang merugikan manusia, baik kematian, hilang, luka-luka, kesengsaraan yang membutuhkan pelayanan social akibat system komunikasi, transportasi dan pelayanan publik lainnya tidak dapat berfungsi dengan baik.

Macam Bencana
·         Bencana Alam : Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Angin Topan, Kekeringan, Gelombang Panas, Letusan Gunung Api.
·         Bencana Non Alam : Kegagalan Teknologi, Epidemi, Kegagalan Modernisasi, Wabah Penyakit.
·         Bencana Sosial : Konflik Sosial Antar Kelompok, Antar Komunitas Masyarakat, Teror.

Faktor-faktor terjadinya bencana diantaranya :
·         Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya/hazard.
·         Sikap dan perilaku yang mengakibatkan penurunan sumberdaya alam/vulnerability.
·         Kurangnya informasi atau system peringatan dini/early warning system yang mengakibatkan ketidaksiapan, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi ancaman bencana.

Faktor-faktor yang memperburuk situasi bencana diantaranya :
·         Kemiskinan
·         Pertumbuhan penduduk
·         Urbanisasi yang cepat
·         Transisi dalam praktek budaya
·         Kerusakan lingkungan
·         Kurangnya kesadaran dalam informasi



Peran aktif masyarakat dalam hal pencegahan bencana alam diantaranya :
·         Memperlakukan alam secara baik.
·         Tidak membuang sampah sembarangan seperti di selokan atau sungai.
·         Tidak menebangi dan membakar hutan secara sembarangan.
·         Melakukan reboisasi hutan dan bukit yang gundul.
·         Menjaga kelestarian air bersih.

Konsep penanggulangan bencana yang dahulunya bergerak ketika bencana terjadi, sekarang berubah menjadi pecegahan dengan mengurangi semaksimal mungkin korban dengan upaya Pengurangan Resiko Bencana melalui mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya mengurangi risiko bencana, baik melalui penyadaran, peningkatan kemampuan sumberdaya maupun pembangunan fisik menghadapi ancaman bencana terhadap masyarakat yang beradap ada KRB-Kawasan Rawan Bencana. Proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisasi dampak bencana yang akan terjadi. Bentuknya berupa: sosialisasi, penyediaan informasi, pembangunan sarana dan pengadaan prasarana penunjang. Perlu peran aktif dari pemerintah, dunia usaha serta semua aspek masyarakat untuk melakukan Pengurangan Resiko Bencana.

Bentuk bantuan kemanusiaan diantaranya :
·         Menyelamatkan : evakuasi/memindahkan dari lokasi bencana ke tempat yang aman.
·         Pembagian makanan, layanan kesehatan.
·         Memastikan ketersediaan air, sanitasi dan kebersihan pribadi.
·         Distribusi logistik non pangan.
·         Pembangunan shelter sementara.
·         Memastikan pendidikan untuk anak dapat berjalan kembali.
·         Dukungan psikososial.
·         Memastikan perlindungan dan rasa aman.
·         Reunifikasi-penyatuan kembali dalam keluarga.
·         Dukungan untuk memulai penghidupan kembali.

·         Pemberian informasi melalui sosialisasi.

Julianto
Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Daerah Istimewa Yogyakarta


PENGUKUHAN KAMPUNG PINTAR

PENYAMBUTAN
Penyambutan peserta Forum Anak Nasional 2013 pada hari Senin, 24 Juni 2013 dalam acara pengukuhan ini akan menampilkan barisan dolanan tradisional kitiran dan erek-erek di sepanjang jalan dari Jalan Parangtritis menuju ke kompleks Pojok Budaya Pandes Bantul. Selain barisan dolanan tersebut, acara penyambutan juga akan menampilkan atraksi dan pertunjukan hip-hop on the street dan jathilan anak yang merupakan pertunjukan ‘potensi kampung’. Dan sebagai ujung penyambutan akan ada pertunjukan musik tradisional Gejog Lesung.
PEMBUKAAN DAN PENGUKUHAN
Dalam acara pembukaan ini, Bupati Bantul dan rombongannya akan disuguhi pertunjukan musik oleh Not Biru (Diffcom) dan aksi teatrikal wayang padang (siang). Selanjutnya, pengukuhan secara simbolis akan dipimpin oleh Bupati Bantul dengan membunyikan/memainkan othok-othok secara serentak.
KUNJUNGAN DAN STAND PAMERAN
Kunjungan dan Stand Pameran merupakan bentuk dari pertunjukan materi pendidikan yang sebenarnya dengan mudah dapat digali dari Program Kampung Pintar. Stand atau situs kunjungan yang akan diangkat dalam acara Pengukuhan Kampung Pintar ini, adalah sebagai berikut:
a.       Stand Komputer Bicara oleh Diffcom
b.      Stand Teknologi Pengolahan Sampah oleh KUPAS
c.       Stand Robotica oleh Teknika Cendekia  UGM
d.      Stand Dolanan oleh Kampoeng Dolanan (Komunitas Pojok Budaya)
e.      Stand Teknologi Bambu oleh Rumah Suluh

f.        Stand Teknologi Pertanian oleh Kelompok Wanita Tani dan PKK

HIDUP BERSAMA DALAM KEBHINEKAAN

Melalui tema Forum Anak Nasional 2013, “Eratkan Kebhinekaan dalam Persaudaraan untuk Mewujudkan Semangat Nasionalisme”, kita disadarkan untuk merenungkan kembali bagaimana kondisi kebersamaan hidup  dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini.
Kita berharap bahwa anak-anak kita yang tinggal di berbagai provinsi dapat belajar untuk saling mengenal dan  menyadari betapa perbedaan yang ada diantara mereka memperindah serta justru memperkaya hidup mereka.  Dengan demikian mereka akan menjadi pemimpin yang mengangkat nilai lokal dalam membangun solidaritas kebangsaan.
Kemampuan memimpin diri sendiri dengan baik sebelum mereka memimpin sesamanya kelak merupakan  prasyarat yang harus dicapai terlebih dahulu oleh anak-anak bangsa.  Hal ini akan terwujud bila kita semua sebagai bangsa yang bersatu padu berusaha memenuhi hak-hak anak Indonesia tanpa pandang bulu, serta menemani mereka untuk dapat melaksanakan tugas kewajiban mereka sesuai dengan hati nurani dan norma yang diajarkan pada mereka.
Kerja sama berbagai pihak sangatlah diperlukan untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak anak kita.  Anak-anak yang merasakan bagaimana dicintai, diperhatikan serta diberi prioritas tanpa dibeda-bedakan dalam keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal serta didukung penuh oleh negara akan menjadi manusia yang utuh dan seimbang, sehingga mereka akan menjadi pemimpin yang berhati nurani, bertanggung jawab serta menjaga persaudaraan dengan sesamanya, karena mereka memilki kesadaran yang tinggi bahwa bumi Indonesia adalah milik seluruh bangsa Indonesia.

Di Forum Anak Nasional 2013, pada hari Senin 24 Juni, para senator anak yang berusia 12-18 tahun ini akan mengunjungi AAU, Sekbang TNI AU, Museum Dirgantara, pemakaman masal korban erupsi gunung Merapi 2010 dan melakukan penanaman pohon, belajar teknologi yang menyenangkan bagi anak sekaligus peresmian Kampung Pintar Pandes Bantul secara langsung oleh Bupati Bantul, Taman Pintar Yogyakarta, bakti social juga akan dilakukan di Panti Yayasan Sayap Ibu, Panti Yakkum, pembelajaran sebagai salah satu kewajiban anggota Forum Anak yaitu memperjuangkan hak-hak anak akan didapat di DPD RI, dan bagaimana belajar melindungi hak-hak anak pun akan dielajari di Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Rekso Dyah Utami.

Indrajani Prawoto, M.Si 
Lembaga Pemberdayaan dan Penguatan Pendidikan Nasional

Dibutuhkan Patriotisme Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi

Indonesia sebagai bangsa yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari era kerajaan, penjajahan sampai kemerdekaan.  Perjalanan menuju kemerdekaannya pada tahun 1945 merupakan proses yang tidak mudah.  Hanya dengan perjuangan yang kuatlah akhirnya bisa membawa bangsa ini mewujudkan cita – citanya.  Peran serta seluruh rakyat Indonesia tak lepas dalam memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaan. Sifat Patriotisme dan Nasionalisme adalah kunci untuk mempersatukan seluruh kalangan masyarakat Indonesia yang sangat kaya akan keberagaman suku, ras, budaya, bahasa, agama dan kepercayaannya. Dan semua itu terbukti bisa dipersatukan oleh ideologi Pancasila.

Pada era globalisasi saat ini, semua berkembang sangat pesat termasuk teknologi informasi. Kemajuan ini tentu membawa dampak tantangan beragam, termasuk persoalan integritas bangsa. Yang memprihatinkan, justru nasionalisme bangsa ini  kian memudar. Pancasila sebagai ideologi mulai minim tercermin dalam pendidikan serta keteladanan kepemimpinan, terutama untuk generasi muda dan anak-anak.

Oleh karena itu, apa yang menjadi tujuan utama diselenggarakannya Forum Anak Nasional harus didukung. Karena kita perlu dengan segera mempunyai banyak upaya mengembalikan semangat untuk membentuk dan memperkuat kembali pembanguan karakter kebangsaan kita.  Dalam proses kegiatan ini sangat diharapkan para peserta bisa menemukan kembali banyak cara pembelajaran dari sejarah dan keteladanan yang bisa membangkitkan semangat patriotisme mereka.  Sehingga, dalam Forum Anak Nasional bisa menjadi bentuk partisipasi anak-anak yang akan memberi warna sendiri dalam mendorong peran mereka melahirkan patriotisme yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini.

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Patriotisme juga harus menjadi suatu kebajikan yang benar-benar  menjadi fitrah bagi kita semua dan mempunyai tempat didalam kehidupan moral kebangsaan kita. Perasaan taat setia merupakan senjata mental yang cukup kuat untuk mempertahankan negara.

Kondisi sekarang dimana semangat cinta akan negara, rela berkorban demi bangsa yang semakin pudar harus dijawab dengan partisipasi kita secara bertanggungjawab untuk memastikan dan mempertahankan kemerdekaan negara terus terpelihara dan kekal untuk selama-lamanya.

Maka hanya dengan nilai patriotisme itu kita berharap akan melahirkan sikap dan rasa nasionalisme kita kembali tumbuh secara kuat. Hal itu menjadi syarat utama yang dibutuhkan dalam menjaga integritas kebangsaan kita dalam menghadapi berbagai tantangan apapun di masa sekarang dan di masa yang akan datang. 

Selamat datang para senator anak dari 33 provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta!

Selamat berjuang, jangan mudah menyerah!

Yogyakarta, 22 Juni 2013

GKR Hemas

FORUM ANAK NASIONAL 2013

Berdasarkan surat  dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI tanggal 20 November 2012 Nomor : 112/KPP-PA/D.V/11/2012, perihal pertemuan Forum Anak Nasional, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta akan melaksanakan pertemuan Forum Anak Nasional 2013. Kegiatan akan diselenggarakan besok tanggal 22 s.d 26 Juni 2013 di Hotel Eden II Kaliurang, dihadiri dan dibuka oleh Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI pada hari Minggu tanggal 23 Juni 2013 dan akan diikuti perwakilan dari 33 (tiga puluh tiga) Provinsi dengan peserta  sejumlah 500 orang yang terdiri dari anak dan pendamping.
                Pertemuan Forum Anak Nasional 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas bagi pengurus Forum Anak Provinsi dan Kabupaten/Kota se Indonesia dengan tema utama ”Nasionalisme, Persaudaraan dan Kebhinekaan. Tema tersebut dipilih untuk merespon dan mengantisipasi fenomena sosial menurunnya semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme serta persaudaraan atau kesetiakawanan sosial antar anak yang ditandai dengan munculnya berbagai bentuk kenakalan remaja, tawuran pelajar, perkelahian antar kelompok anak atau potensi kerawanan sosial anak lainnya yang melibatkan anak.
                Pertemuan FAN ini dilaksanakan dalam rangkaian perayaan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2013 yang di satu sisi diharapkan dapat memberikan inspirasi anak-anak untuk bangga menjadi anak Indonesia dan termotivasi untuk berprestasi, dan di sisi lain pertemuan FAN merupakan apresiasi atau penghargaan bagi anak-anak daerah yang telah memiliki prestasi dan aktif berpartisipasi di lingkungan masing-masing, khususnya dalam melakukan sosialisasi dan advokasi di bidang pemenuhan hak partisipasi anak dan pelaksanaan kewajiban anak. Pada Malam Penganugerahan yang akan dilakukan di Kepatihan, 3 Tunas Muda Pemimpin Indonesia 2013 yang diraih oleh Daerah Istimewa Yogyakarta hadir bersama 6 Tunas Muda Pemimpin Indonesia 2013 lainnya. Ini merupakan prestasi khusus bagi kemajuan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta.
                Kami berharap kegiatan Forum Anak Nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat  meningkatkan kapasitas anak dalam rangka membangun kepribadian dan karakter bangsa sejak dini  serta merupakan langkah konstruktif untuk menjawab tantangan perubahan global yang berdampak pada menurunnya nilai-nilai budaya bangsa, rasa nasionalisme dan persaudaraan anak-anak Indonesia.
Ketua Panitia Pelaksana DIY

                                                                               Dra. Kristiana Swasti, MSi