Rabu, 08 Februari 2012

Curahan Pemikiran dan Hati

oleh : penulis adalah orang yang berusaha terus menjadi manusia.
mungkin saya masih baru di dunia pendidikan ini, masih hitungan tahun dan bukan belasan bahkan puluhan tahun, namun saya cukup mengetahui hitam putihnya. ada empat hal yang saat ini menjadi pikiran saya...

pertama, betapa korupsi dan kebijakan pemerintah yang tidak berdasar pada fakta di lapangan telah menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan. masyarakat tak lagi percaya bahwa pendidikan akan mampu mengangkat derajat mereka ke tingkat kemuliaan baik dari segi ekonomi maupun kemanusiaan. mari, lihatlah sekeliling kita, banyak sarjana menjadi pengangguran, jangankan lulusan SMA, sarjana nganggur aja pabalatak. yang lebih miris, yang jenius jenius lebih memilih mengabdi di luar negeri ketimbang di negeri sendiri, alasannya klasik berputar di sekitar penghargaan dan karena Indo belum siap dengan skill mereka. lalu akhirnya muncul paradigma bahwa untuk apa sekolah tinggi2 atau untuk apa nilai bagus hasil sendiri sebab pekerjaan hanya bisa didapat lewat uang dan koneksi (saja).

kedua, ini terkait para perempuan cerdas yang malangnya lahir di desa terpencil. karena pendidikan mereka tinggi dan mereka cerdas, sedangkan rata2 laki2 di kampung mereka hanya sampai SMP/SMA, mereka jadi sulit jodoh. para laki2 menjauhi mereka karena merasa tidak selevel, orang tua mencemooh keputusan sang anak untuk sekolah tinggi dan masyarakat dengan kejam mencap sang wanita sebagai perawan tua. akhirnya ? para perempuan berpikir 1000 kali untuk sekolah tinggi. padahal islam sudah sangat tegas : ummu madrasah. sekolah itu bukan hanya sekedar untuk karir tapi juga untuk bekal menyiapkan generasi selanjutnya. bayangkan apa jadinya, jika perempuan kita hanya bisa mengeja dan berhitung sederhana saja, tanpa tahu bahwa sekarang sudah ada internet dan narkoba yang mengintai akhlak anak anak mereka. bagaimana bisa mereka mendampingi anak anaknya di zaman globalisasi ini ?

ketiga, masyarakat tidak lagi memiliki kecintaan terhadap ilmu. mereka lebih memilih bodoh ketimbang tidak makan. kondisi inilah yang saya rasakan di tempat kerja. 3 bulan terakhir ini saya sudah kehilangan 4 orang anak didik, 1 orang dinikahkah (haloo mereka baru berusaia 12 tahun) dan 3 lagi ikut bapak atau sodaranya bekerja di kota besar (gak kebayang, anak sekecil itu mau kerja apa ?). dan tentu saja, point yang kedua tersebut merupakan implikasi dari point pertama, para orang tua di daerah kebanyakan berpikir : untuk apa sekolah tinggi menghabiskan biaya kalau akhirnya ikut jejak bapanya atau menikah muda.

padahal, kalu dipikir pikir, masyarakat di sekitar sekolah saya (jika tidak sedang kemarau panjang atau cuaca ekstrim) gak miskin-miskin amat. buktinya, banyak anak didik saya yang beralih fungsi jadi toko emas berjalan. ironis sekali, untuk beli emas bisa, tapi untuk pendidikan mendadak miskin.

terakhir, kurikulum kita terlalu gemuk. saya misalnya, dalam 6 bulan harus menyampaikan 8 bab materi (kalau dia hanya hapalan its OK) tapi ini matematika, dimana materinya harus runut. mau diringkas tidak boleh sebab sudah ada silabusnya, tidak disampaikan termasuk dosa sebab soal ujian dari pusat pasti mengacu pada silabus. memberi les, anak anaknya mogok karena otak mereka sudah panas. serba salah, akhirnya saya terpaksa memaksa otak anak anak untuk bekerja cepat. wajar jika akhirnya anak anak seperti stress sebab dipaksa berlari kencang mengejar silabus yang sebagian malah (dirasa) belum berguna bagi kehidupan mereka sehari hari. contoh : materi limit dan kalkulus yang sebenarnya baru berguna bagi para mahasiswa di bidang ilmu tertentu namun sudah diberikan pada anak anak di jenjang SMP dan SMA.

kesemuanya seolah kembali kepada will pemerintah.

  1. Pemerintah harus serius dalam pemberantasan KKN terutama dalam dunia pendidikan dan kerja, supaya pesona pendidikan tidak pudar
  2. Para anggota dewan seharusnya tidak hanya sibuk megurusi masalah pramuka sampai jauh jauh ke afrika, tapi juga melakukan studi banding kurikulum + penyelenggaraan pendidikan di negara negara maju.
  3. pemerintah harus tegas dalam mencanangkan wajib belajar (12 tahun?) kalau bisa para ortu yang mampu tapi tidak menyekolahkan anaknya, diberi sanksi yang keras dan anak2 dari kalangan tidak mampu menjadi tanggungan pemerintah hingga lulus.
  4. Alokasi pendidikan yang jumlahnya 20% dari APBN harus benar benar terealisasi dengan tepat dan diawasi dengan ketat serta terus ditingkatkan jumlah persentasenya.
  5. pemerintah harus serius melakukan proteksi + dukungan terhadap output pendidikan terutama pasca perjanjian AFTA.  salah satunya adalah menyediakan lapangan pekerjaan, mempersulit pekerja asing yang ingin bekerja di Indonesia, proteksi terhadap produksi dalam negeri serta tidak pro terhadap pemodal asing.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar