Jumat, 09 September 2011

Secercah Harapan bagi Anak-anak Indonesia

Perubahan dan perkembangan yang terjadi belakangan ini kadang menimbulkan keraguan akan persatuan bangsa kita serta masa depan umat manusia. Begitu dalamnya jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin, antara orang yang berpendidikan dan yang tak terjangkau oleh pendidikan yang memadai. Perbedaan tersebut menyebabkan manusia menggolong-golongkan dirinya dari tingkat tertinggi sampai dengan tingkat terendah. Hal ini menimbulkan situasi yang rentan akan konflik, yang dapat mengakibatkan hilangnya sifat perikemanusiaan, baik dari pihak orang-orang yang berada di posisi atas maupun yang berada di posisi bawah.



Fenomena yang terjadi saat ini pada seorang buruh musiman dengan penghasilan yang minim dan banyak profesi informal lainnya tidak dapat menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah yang bermutu menjadi kisah sehari-hari di sekitar kita. Pengelolaan lembaga pendidikan sekolah secara profesional yang sesuai dengan tuntutan jaman menjadikan sekolah sebagai suatu hal yang luks. Ivan Illich (ahli pendidikan) mengatakan bahwa sekolah sebagai lembaga sosial sudah tidak lagi dapat menjalankan peran dan fungsi sosialnya secara terpadu, bahkan kini tampil sebagai suatu lembaga struktural yang justru menggali jurang (gap ) sosial.   
Segelintir orang yang mengenyam pendidikan formal membentuk kubu elite sosial, setelah ada legitimasi berupa ijasah, kepandaian sebagai tenaga ahli. Mereka sering memegang peranan dan posisi dalam menentukan kebijaksanaan sosial ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam situasi seperti ini proses monopoli kepentingan sering tak terhindarkan.
Bagaimana caranya mengusahakan pendidikan yang merata dan bermutu di Indonesia? Gerakan solidaritas dan kerjasama telah dimulai.  Dalam memperbaiki kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal telah tumbuh lembaga-lembaga yang  memberikan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu. Sedangkan lembaga lainnya mengirimkan sarjana-sarjana untuk mengajar secara berkala di berbagai lokasi di tanah air demi pemerataan pendidikan bermutu, serta menanamkan rasa solidaritas serta nasionalisme kepada para sarjana tersebut. Kesulitan dalam pendidikan anak-anak maupun orang dewasa juga mengakibatkan tumbuhnya berbagai bentuk pelajaran di luar sekolah formal.  Sarana penerangan, seperti media massa dan cybernetics adalah salah satu sarana yang dapat digunakan.



Pendidikan merupakan kebangkitan pikiran, intelektualitas dan rohani manusia individual. Pendidikan melalui sarana apapun hendaknya dapat menimbulkan hasrat untuk terus belajar seumur hidup, melakukan pembaruan dan perubahan ke arah yang lebih baik pada diri sendiri maupun dalam masyarakat. Pendidikan yang baik dijalankan melalui aksi dialog, bukan aksi monolog yaitu guru sebagai subyek pendidikan dan murid sebagai obyek pendidikan. Pada dasarnya masyarakat kita memiliki kepedulian yang cukup tinggi akan kepentingan bersama untuk pemenuhan hak pendidikan, oleh karena itu perlu ada gerakan lebih lanjut secara masif di seluruh lokasi di Indonesia. Gerakan tersebut berupa penyadaran dan motivasi pada komunitas masyarakat tingkat lokal untuk memberdayakan potensi organisasi masyarakat yang telah ada, membantu memberikan akses pendidikan dan pendampingan dalam proses pendidikan.
Gerakan bersama ini merupakan hal yang penting karena pendidikan  erat hubungannya dengan ketahanan bangsa kita. Komunitas masyarakat tingkat lokal telah memiliki berbagai kelompok, seperti ibu-ibu kader PKK dan juga Karang Taruna untuk remaja. Program terpadu dalam bidang pendidikan, yang merupakan kolaborasi organisasi yang sudah ada dalam komunitas masyarakat, termasuk lembaga pemerintah tingkat desa/kampung dapat diperluas, tidak hanya dengan program PAUD bagi balita, tetapi juga program pendidikan bagi anak-anak tingkat SD dan SMP. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan pendukung pendidikan formal.


Program pendidikan yang dirancang hendaknya memperhatikan kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam konteks-konteks lokal, nasional, regional dan global, sehingga ada kejelasan arah dan implementasi program pendidikan. Di beberapa daerah di wilayah Indonesia telah dimulai program pendidikan non formal bagi anak usia SD dan SMP, yang merupakan hasil kolaborasi organisasi-organisasi lokal sebagaimana telah disebut di atas, yang didukung oleh universitas-universitas sebagai lembaga pendukung tenaga pendidikan, serta perusahaan-perusahaan sebagai sponsor prorgam. Bentuk pendidikan non formal tersebut berupa pendirian balai anak, penyadaran akan hak-hak anak, penguatan kapasitas anak dalam forum anak, penyediaan alat peraga edukasi dan buku-buku, pelatihan soft skill dan hard skill, membuka ruang partisipasi anak dalam seni budaya sosial dan lain-lain.
Masa depan pendidikan di Indonesia berawal dari apa yang kita didik dan bagaimana cara kita mendidik anak bangsa ini. Kami menunggu dukungan teman-teman untuk berbagi potensi demi kemajuan pendidikan anak-anak bangsa kita.

== ditulis oleh Indrajani Prawoto ==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar