Minggu, 30 Oktober 2011

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

"Pak, waktunya doa..!" seru si bungsu, anak temanku menyeru di tengah hangat perbincangan kami malam tadi. Bergegas lelaki single parent yang kukunjungi itu (tanpa sungkan meninggalkanku) masuk ke rumah dan menjalankan ritual malam mengantar tidur ketiga anaknya.

Bukan ketersinggungan yang kurasakan lantaran sebagai tamu merasa ditinggal begitu saja, namun justru kekaguman. Pertama, betapa lelaki ini teramat menghargai kebiasaan sederhana yang ia bangun dalam keluarganya. Kedua, lantaran bapak satu ini teguh menempatkan anak-anak di puncak prioritasnya.

"Pendidikan karakter, Mas!" jawab temanku seperti mau memenuhi rasa ingin tahuku, selepas ia tidurkan anak anaknya. "Aku ajak anak-anak saling menceritakan pengalaman sehari ini sebagai embrio jurnal harian, rekonsiliasi di antara mereka jika ada perselisihan, doa malam bersama, dan salaman serta berkat ciuman di dahi mereka. Kalau aku pas di tempat jauh, ya kulakukan itu dengan me-loudspeaker hapeku" imbuhnya.

Aku berkaca, betapa seringnya kutabrak rutinitas baik di rumah bersama istri dan anak, dengan alasan ada tamu istimewa, atau acara lain yang lebih penting, bla bla bla ... yang intinya menyatakan bahwa rutinitas rumah kita adalah kurang penting dan bisa dikalahkan oleh sejumlah alasan.


Aku berkaca-kaca menyadari bahwa selama ini akulah yang telah mengirim pesan ke anak-anak bahwa yang rutin kami lakukan adalah tidak penting, karena sewaktu-waktu kukhianati sendiri dengan beragam alasan yang bisa secara instan kuutarakan. Akulah yang tidak konsisten dan menyebabkan yang baik berhenti sebagai gagasan baik belaka.

Salam Pendidikan 

===kisah yang diceritakan oleh seorang kawan===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar