Pagi-pagi kami meluncur ke
kelurahan Nunhila, disambut riangnya anak-anak Forum Anak kelurahan Nunhila
mengalungkan kain tenun Timor pada kami. Senyum semakin terkembang saat pembawa
acara yang juga ketua Forum Anak kelurahan Nunhila, Yulita Doa cukup fasih
berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Kemudian dengan penuh energik anak-anak
Nunhila mempersembahkan teater tentang suka duka beraktivitas di Forum Anak.
Dimulai dengan keceriaan pertemuan anak-anak di sekretariat forum anak. Bercanda dan belajar nge'dance'. ya berlatih bersama untuk sebuah pertunjukkan yang akan digelar.
Senyum yang awalnya terkembang di
bibir saya dan keasyikan mengambil gambar dengan kamerapun terhenti … ya, tiba-tiba
saja rasa sakit di hati, mata berkaca-kaca menyaksikan sisi duka dalam aksi
drama ini. Saat orangtua tidak mendukung partisipasi anak untuk bersosialisasi
dengan anak-anak sebayanya. Bagaimana tuduhan dan perilaku yang salah dari
orangtua dengan menghajar anak, apalagi mempermalukannya di hadapan
kawan-kawannya. Begitu sedih, saya melihatnya. Saya ikut merasakan betapa tidak
hanya sakit fisik karena pukulan, tapi juga sakit di hati dan pikiran yang
terpenjara karena dikungkung oleh aturan keluarga yang tidak menghargai
pendapat dan keinginannya. Solusi yang diberikan menjadi ‘happy ending’ yang
membuat senyum saya kembali terkembang. Kawan-kawan di FA membela dan si ayah
meminta maaf. Bagus sekali, Epen (wakil ketua FA Nunhila) menulis scenario
secara cepat malam sebelumnya. Berlatih dan menceritakan situasi dan kondisi
yang mereka alami sehari-hari di Forum Anak Nunhila.
* tata punya cerita *
* tata punya cerita *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar