Minggu, 28 Agustus 2011

Semangat


Kasihan Bapak sudah tua dan sering sakit, jika sakitnya datang napasnya senin-kamis, payah sekali, sehingga dia tidak dapat melakukan kegiatan terlalu capek.  Otomatis bapak tidak bisa bekerja. Sedangkan ibu tidak jauh berbeda keadaannya.  Selain tua dan tidak punya duit, dagang pecel keliling kampung yang dilakukannya setiap hari kini terhenti. Uang kebutuhan sehari-hari didapat dari kakakku yang bekerja sebagai buruh cuci dan buruh pabrik.
Perutku kadang perih menahan lapar, jika ibu tidak dapat ngeliwet nasi, sedangkan aku harus sekolah. Jadi di sekolah aku sering mumet dan lesu. Apalagi bila melihat teman-teman saat istirahat membawa banyak bekal.
Air mata dan teriakanku sering mengganggu pikiran bapak, itu terjadi saat berangkat dan pulang sekolah. Pagi-pagi aku harus berjalan kaki dari rumah menuju sekolahku, lelah sekali. Begitu pula saat pulang sekolah aku harus jalan kaki.  Pernah kami punya sepeda reyot yang selalu mengantarkan aku sekolah, tapi kini sudah dijual untuk beli beras, untuk makan. Punya sepeda tua, murah dan sederhana menjadi impian yang terus menghantui pikiran Bapak.
Ah…betapa nikmatnya ketika Tuhan mengutus para malaikatnya untuk membantu bayaran spp-ku tiap bulan. Jadi untuk satu tahun ajaran, aku bebas bayaran. Keluargaku sangat terbantu, aku bertekad dengan linangan air mata supaya bisa sekolah dan kelak membantu keluarga.
Kami sangat berterimakasih ada yang telah berkenan mengulurkan bantuan untuk kelanjutan sekolahku.  Hanya syukur kepada Tuhan yang dapat kubalaskan.  Aminnn
--diceritakan oleh Anugrah--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar